Saturday, February 7, 2009
Home Sweet Home
HOME SWEET HOME
Seorang anak kecil dengan gembira memperlihatkan sebuah gambar kepada ibunya yang baru saja pulang dari kantor.
“Ma, lihat ini tadi adek gambar sendiri loh..”, ujarnya riang
Dalam gambar itu terlihat sebuah rumah yang diatasnya tertulis “Home Sweet Home.
“ Ini siapa nak?, tanya ibunya sambil menunjuk gambar seorang anak laki-laki.
“ Itu kakak Ma.”
“ Trus, yang ini siapa nak? ” tanya ibunya lagi sambil menunjuk gambar seorang anak perempuan.
“ Itu aku Ma..”
“ Lalu yang peluk kamu dalam gambar itu siapa?”
“ Itu Bibi Ma...”
“ Trus, gambar Mama dan Papa mana dong?”
” Nggak ada. Kan Mama sama Papa nggak pernah ada di rumah, jadi dalam gambar itu juga nggak ada.” Jawabnya polos.
Ada yang menyentak di hati sang Mama, hatinya menangis dan rasanya ingin bertanya ” Apa yang harus Mama lakukan nak..agar gambar Mama juga ada dalam gambar itu......
Naudzubillahi min Dzalik. Tentu kita sebagai orang tua akan merasa miris jika suatu saat mendengar pernyataan seperti itu keluar dari mulut anak kita. Tapi kejujuran seorang anak adalah ungkapan terdalam hatinya. Sebagai orang tua yang bekerja, kita mungkin merasa melakukan semua itu demi anak kita, tanpa sadar bahwa ada sisi lain dari seorang anak yang terlupakan, sebuah perhatian.
Saya pribadi, bukan seorang ibu yang bisa full mengurus dan menemani anak-anak, tapi juga bukan ibu yang bekerja dari pagi hingga sore, senin sampai jumat. Namun saya juga mengalami masa-masa dimana ketika sedang merasa lelah, lalu anak-anak datang meminta perhatian, meminta kita membacakan cerita, menggambar atau menemaninya bermain, lalu dengan suara lemah mengucapkan, ”Nanti ya nak...Ummi lagi capek...”. Mungkin itu sudah sempat membuat mereka kecewa...
Sesudah itu baru rasanya saya menyesal, melihat wajah kecewa mereka yang tergurat di wajahnya. Maka dalam setiap shalat, saya selalu menyertakan dalam doa saya agar diberi kekuatan dan kesabaran untuk bisa mendidik anak-anak dengan kasih sayang dan kesabaran.
Yah, mungkin kesabaran tidak sesederhana menuliskannya. Bayangkan, saat baru pulang beraktifitas, rumah berantakan, cucian menumpuk, belum masak, anak-anak rewel....(bayangin aja sendiri yaa....). Tapi ada satu tips sederhana yang selalu saya ingat setiap kali berhadapan dengan masalah-masalah keseharian seorang ibu..
Ketika melihat rumah berantakan......bersyukur, artinya saya masih punya rumah yang bisa diberantakin..
Ketika melihat cucian numpuk.....bersyukur, artinya saya masih punya pakaian yang mesti dicuci
Ketika melihat bahan makanan yang belum di masak....bersyukur, artinya saya masih punya sesuatu yang bisa dimasak.
Ketika melihat anak-anak rewel....bersyukur tak terhingga, artinya Allah masih berkenan menitipkan jiwa-jiwa kecil itu untuk saya....
Mungkin dengan begitu, kita tidak akan merasa terbebani...
Yaa...kecuali untuk segelintir orang yang perfeksionis, yang nggak bisa liat rumah berantakan, nggak bisa liat cucian numpuk.
Bagi saya jiwa-jiwa kecil itu lebih menuntut untuk diprioritaskan ketimbang soal bersih-bersih dan lainnya.
Karena bila jiwa itu terluka, akan terkenang dalam hatinya, akan terpatri dalam ingatannya.
Saya berdoa pada Allah, agar jika anak saya kelak menggambar sebuah rumah, disitu ada Ummi dan Abi yang memeluknya erat.....Amin
6 Feb 2009
Diposkan oleh nophieamaliyah di Kamis, Februari 05, 2009
Label: My Confession
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Untuk teman-teman yang kadang lupa dengan amanah besar yg diberikan oleh ALLAH kepada kita, karena kelalaian kita dengan alasan sibuk mencari uang,... ingat sobat bukan banyaknya tapi berkahnya,..rezeki itu adlah apa yg kita pakai,yg kita gunakan dan yg tlh kita sumbangkan di jalan ALLAH....sedang yg lain adalah mirik ahli waris...
ReplyDelete